Biografi Albert Bandura
Albert
Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta
Kanada, pada 04 Disember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa
kecil dan juga mendapat pendidikan di sana. Semasa di University of British
Columbia, beliau menaiki bas awal kerana terpaksa berebut dengan pelajar
jurusan lain memandangkan kelas pengenalan psikologii adalah satu-satunya kelas
yang paling awal
diadakan di universiti tersebut.
Kemudian, beliau melanjutkn pelajaran ke
Universiti Iowa dan di sini beliau banyak dipengaruhi oleh Kenneth Spence, seorang pakar psikologi pembelajaran yang terkenal
pada ketika itu.
Pada tahun 1949, beliau mendapat
pendidikan di Universiti British Columbia dalam jurusan psikologi4. Dia
memperoleh gelaran Master didalam bidang
psikologii pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelaran doktor
(Ph.D). Bandura menyelesaikan program kedoktorannya dalam bidang psikologii
klinik pada tahun 1952. Setahun setelah lulus, ia bekerja di Standford University. Beliau banyak terpengaruh dengan
pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik
pada nilai eksperimen.
Beliau kemudiannya mengahwini Virginia
Varns, seorang guru di kolej kejururawatan dan
seterusnya pindah di Iowa Kansas selepas menamatkan pengajiannya. Selain itu,
dalam tahun 1952, selepas mendapat gelaran ph.D, Albert Bandura telah
menamatkan praktikum di Wichita Guidance Centre dan
seterusnya dilantik sebagai tenaga pengajar di Universiti Stanford. Pada tahun
1964, Albert Bandura telah dilantik sebagai profesor dan Seterusnya menerima
anugerah American Psychological Association untuk Distinguished Scientific Contribution,
pada tahun 1980 .
Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu
dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh keluarga dengan tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah
mula meneliti tentang agresi pembelajaran sosial dan mengambil Richard Walters,
muridnya yang pertama mendapat gelaran doktor sebagai pekerja di makmalnya.
Bagi pendapat Bandura, walaupun prinsip bela jar cukup untuk menjelaskan dan
meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena
penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme.
Albert Bandura sangat terkenal dengan
teori pembelajaran sosial (Sosial Learning Theory),
salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen
kognitif dari pemikiran, pemahaman dan evaluasi. Albert Bandura menjabat
sebagai ketua APA pada tahun 1974 dan pernah dianugerahi penghargaan
Distinguished Scientist Award pada tahun 1972.
Semasa bertugas sebagai tenaga pengajar,
Beliau sangat disayangi oleh pelajar-pelajarnya kerana sikap beliau yang ambil
berat dan sanggup memberi bantuan maklumat yang mereka perlukan.
Kosep Teori Kognitif Sosial
Teori kognitif sosial (social cognitive theory)
yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan
kognitif serta faktor perilaku memainkan peran penting dalam pembelajaran.
Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan,
faktor sosial mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya. Albert
Bandura merupakan salah satu perancang teori kognitif sosial.
Menurut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat
merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif.
Bandura mengembangkan model deterministik resipkoral yang terdiri dari tiga
faktor utama yaitu perilaku, kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling
berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi
perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi
perilaku. Faktor person (kognitif) Bandura tak punya kecenderungan kognitif
terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup
ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.
v
manusia
dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri.
v
banyak
aspek fungsi kepribadian melibatkan interaksi dengan orang lain.
v
Manusia
mengatur kehidupannya dipengarui dengan faktor internal dan eksternal
v
Manusia
menemukan dirinya dalam situasi yang ambigu secara moral.
Percobaan Bobo Doll
Eksperimen Bobo Doll adalah salah satu penelitian dari Bandura yang
menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa
disekitarnya. Bandura mendeskripsikan respon agresi dari hasil percobaan model
yang ada setelah dilakukan beberapa eksperiman yang berbeda. Bandura juga mendefinisikan model juga bisa terbentuk dari segala
aspek yang menyampaikan informasi
baik
melalui koran,
televisi, dan film layar lebar.
Dalam
tampilan yang dimuat dari berbagai model yang di jadikan referensi, tidak semua model dapat menyebabkan
munculnya proses kognitif yang salah yang menimbulkan prilaku agresifitas.
Maka dari itu Bandura berupaya membuktikan lewat
eksperimenya dalam jurnal Immitation of Film Mediated Aggressive Models, bahwa
pengaruh agresi pada anak dengan model film yang dimediasi apakah benar akan menimbulkan
prilaku agresifitas ataukah malah menimbulkan banyak hal-hal baik lainya bagi
anak-anak yang mengimitasi
prilaku agresif di lingkungan orang dewasa disekitarnya.
Modelling
Modelling melibatkan penambahan atau pengurangan
tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai
pengamatan sekaligus, dan melibatkan proses kognitif.
Proses Modelling
Ø Proses 1: Perhatian
Pengamatan
secara selektif dari banyaknya pengaruh si model
Ø
Proses 2: Representasi
Presentasi simbolis disimpan dalam memori
Ø
Proses 3: Reproduksi
Menghasilkan sebuah perilaku
Ø
Proses 4: Motivasi
Subjek dapat termotivasikan
untuk melakukan perilaku yang dimodelkan
Ciri – ciri teori Modelling Bandura
1.
Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan
peniruan
2.
Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa,
teladan, nilai dan lain – lain
3.
Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang
didemonstrasikan guru sebagai model.
4.
Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan
dan penguatan yang positif.
5.
Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat,
peniruan, dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan
penguatan yang positif
Obyek Modelling
1.
Model Hidup : orang-orang yang ada
disekitarnya secara langsung baik itu dari keluarga , sekolah maupun masyarakat
2.
Model Simbolik : model yang ditiru dari
bacaan, film maupun cerita dari orang lain
2.5 Deterministik
Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam
bentuk interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan kognitif,
behavioral dan lingkungan.
Individu harus mampu memonitoring
performansinya,walau tidak sempurna karena individu cenderung menilai beberapa
aspek tingkah lakunya dan mengabaikan tingkah laku yang lainnya. Kedua, proses
penilaian tingkah laku (judgement process) adalah melihat kesesuaian tingkah
laku dengan standar pribadi, membandingkan tingkah laku dengan norma standar
tingkah laku orang lain, menilai berdasarkan pentingnya suatu aktivitas dan
memberi atribusi performansi. Standar pribadiberasal dari pengalaman-pengalaman
mengamati model. Berdasarkan sumber model dan performansi yang mendapat
penguatan, maka proses kognnitif menyusun ukuran-ukuran atau norma yang
sifatnya sangat pribadi karena ukuran tersebut tidak selalu sinkron dengan
kenyataan. Sebagian besar aktivitas harus dinilai dengan membandingkannya
dengan ukuran eksternal, bisa berupa norma standar, perbandingan sosial,
perbandingan dengan orang lain atau perbandingan kolektif. serta yang ketiga,
yaitu respon diri (self response)
dimana
pada akhirnya berdasarkan pengamatan dan judgment,individu mengevaluasi diri
sendiri dan menghadiahi atau menghukum dirinya sendiri.
Self Effication
·
Pengertian
Self efficacy
Self efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan
diri individu.
·
Konsep Self efficacy
pertama kali dikemukakan oleh Bandura. (Self efficacy) mengacu pada
persepsi tentang kemampuan individu untuk mengorganisasi dan mengimplementasi
tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu (Bandura, 1986,) Baron dan Byrne
(2000) mengemukakan bahwa self efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuan
atau kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan
sesuatu. Di samping itu, Schultz (1994) mendefinisikan self efficacy sebagai perasaan
kita terhadap kecukupan, efisiensi, dan kemampuan kita dalam mengatasi
kehidupan. Berdasarkan persamaan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa self efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan individu mengenai
kemampuan dirinya untuk untuk mengorganisasi,
melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan sesuatu dan
mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu.
·
Dimensi Self efficacy
Bandura (1997) mengemukakan bahwa Self efficacy individu
dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu :
Self efficacy individu dalam mengerjakan suatu tugas
berbeda dalam tingkat kesulitan tugas. Individu memiliki Self efficacy yang
tinggi pada tugas yang mudah dan sederhana, atau juga pada tugas-tugas yang
rumit dan membutuhkan kompetensi yang tinggi. Individu yang memiliki Self efficacy
yang tinggi cenderung memilih tugas yang tingkat kesukarannya sesuai dengan
kemampuannya.
b.
Keluasan
(generality)
Dimensi ini berkaitan dengan penguasaan individu
terhadap bidang atau tugas pekerjaan.Individu dapat menyatakan dirinya memiliki
Self efficacy pada aktivitas yang luas,
atau terbatas pada fungsi domain tertentu saja. Individu dengan self efficacy yang tinggi akan mampu menguasai
beberapa bidang sekaligus untuk menyelesaikan suatu tugas. Individu yang
memiliki Self efficacy yang rendah hanya menguasai sedikit bidang yang diperlukan
dalam menyelesaikan suatu tugas.
c.
Kekuatan
(strength)
Dimensi yang ketiga ini lebih menekankan pada tingkat
kekuatan atau kemantapan individu terhadap keyakinannya. Self efficacy menunjukkan
bahwa tindakan yang dilakukan individu akan memberikan hasil yang sesuai dengan
yang diharapkan individu. Self efficacy menjadi dasar dirinya melakukan usaha
yang keras, bahkan ketika menemui hambatan sekalipun. Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa self-efficacy mencakup
dimensi tingkat (level), keluasan (generality) dan kekuatan (strength).
3. Sumber
terbentuknya Self-efficacy
Bandura (1986) menjelaskan bahwa beberapa hal terbentuknya self-efficacy individu
didasarkan pada empat hal, yaitu:
a.
Pengalaman akan kesuksesan
Pengalaman akan kesuksesan adalah sumber yang paling
besar pengaruhnya terhadap self-efficacy individu
karena didasarkan pada pengalaman otentik. Pengalaman akan kesuksesan menyebabkan
self-efficacy individu meningkat, sementara
kegagalan yang berulang mengakibatkan menurunnya self-efficacy, khususnya jika
kegagalan terjadi ketika self-efficacy individu
belum benar-benar terbentuk secara kuat. Kegagalan
juga dapat menurunkan self-efficacy individu
jika kegagalan tersebut tidak merefleksikan
kurangnya usaha atau pengaruh dari keadaan luar.
b.
Pengalaman individu lain
Individu tidak bergantung pada pengalamannya sendiri
tentang kegagalan dan kesuksesan sebagai
sumber self-efficacynya. Self-efficacy juga
dipengaruhi oleh pengalaman individu lain.
Pengamatan individu akan keberhasilan individu lain dalam bidang tertentu akan meningkatkan
self-efficacy individu tersebut pada bidang yang
sama. Individu melakukan persuasi terhadap dirinya dengan mengatakan jika
individu lain dapat melakukannya dengan sukses, maka individu tersebut juga
memiliki kemampuan untuk melakukanya dengan baik. Pengamatan individu terhadap
kegagalan yang dialami individu lain meskipun telah melakukan banyak
usaha menurunkan penilaian individu terhadap kemampuannya sendiri dan
mengurangi usaha individu untuk mencapai kesuksesan. Ada dua keadaan yang memungkinkan
self-efficacy individu mudah dipengaruhi oleh
pengalaman individu lain, yaitu kurangnya pemahaman individu tentang kemampuan
orang lain dan kurangnya pemahaman individu akan kemampuannya sendiri.
c.
Persuasi verbal
Persuasi verbal dipergunakan untuk meyakinkan individu
bahwa individu memiliki kemampuan
yang memungkinkan individu untuk meraih apa yang diinginkan.
d.
Keadaan fisiologis
Penilaian individu akan kemampuannya dalam mengerjakan
suatu tugas sebagian dipengaruhi
oleh keadaan fisiologis. Gejolak emosi dan keadaan fisiologis yang dialami individu
memberikan suatu isyarat terjadinya suatu hal yang tidak diinginkan sehingga
situasi yang menekan cenderung dihindari. Informasi dari keadaan fisik seperti
jantung berdebar, keringat
dingin, dan gemetar menjadi isyarat bagi individu bahwa situasi yang
dihadapinya berada di atas kemampuannya. Berdasarkan
penjelasan di atas, self-efficacy bersumber
pada pengalaman akan kesuksesan, pengalaman individu lain, persuasi verbal, dan
keadaan fisiologis
individu.
4. Proses-proses Self-efficacy
Bandura (1997) menguraikan proses psikologis
self-efficacy dalam mempengaruhi fungsi manusia.
Proses tersebut dapat dijelaskan melalui cara-cara dibawah ini :
a.
Proses kognitif
Dalam melakukan tugas akademiknya, individu menetapkan
tujuan dan sasaran perilaku sehingga individu dapat merumuskan tindakan yang
tepat untuk
mencapai tujuan tersebut. Penetapan sasaran pribadi tersebut dipengaruhi oleh
penilaian individu akan kemampuan kognitifnya.
Fungsi kognitif memungkinkan individu untuk
memprediksi kejadian-kejadian sehari-hari yang akan berakibat pada masa depan.
Asumsi yang timbul pada aspek
kognitif ini adalah semakin efektif kemampuan individu dalam analisis dan dalam
berlatih mengungkapkan ide-ide atau gagasan-gagasan pribadi, maka akan
mendukung individu bertindak dengan tepat untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Individu akan meramalkan kejadian dan mengembangkan
cara untuk mengontrol kejadian yang mempengaruhi hidupnya. Keahlian ini
membutuhkan proses kognitif yang efektif dari berbagai macam informasi.
b.
Proses motivasi
Motivasi individu timbul melalui pemikiran optimis
dari dalam dirinya untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Individu berusaha
memotivasi diri dengan menetapkan keyakinan pada
tindakan yang akan dilakukan, merencanakan tindakan yang akan direalisasikan.
Terdapat beberapa macam motivasi kognitif yang dibangun dari
beberapa teori yaitu atribusi penyebab yang berasal dari teori atribusi dan
pengharapan akan hasil yang terbentuk dari teori
nilai-pengharapan.
Self-efficacy mempengaruhi
atribusi penyebab, dimana individu yang memiliki self-efficacy akademik
yang tinggi menilai kegagalannya dalam mengerjakan tugas akademik disebabkan
oleh kurangnya usaha, sedangkan individu dengan self-Efficacy yang rendah
menilai kegagalannya
disebabkan oleh kurangnya kemampuan.
Teori nilai-pengharapan memandang bahwa motivasi
diatur oleh pengharapan akan hasil (outcome expectation) dan nilai hasil
(outcome value) tersebut.
Outcome expectation merupakan suatu perkiraan bahwa
perilaku atau tindakan tertentu akan menyebabkan akibat yang khusus bagi
individu. Hal tersebut mengandung keyakinan tentang sejauhmana perilaku
tertentu akan menimbulkan konsekuensi tertentu.
Outcome value adalah nilai yang mempunyai arti dari
konsekuensi-konsekuensi yang terjadi bila suatu perilaku dilakukan. Individu
harus memiliki outcome value yang tinggi
untuk mendukung outcome expectation.
c.
Proses afeksi
Afeksi terjadi secara alami dalam diri individu dan
berperan dalam menentukan intensitas pengalaman emosional. Afeksi ditujukan
dengan mengontrol kecemasan dan perasaan depresif
yang menghalangi pola-pola pikir yang benar untuk mencapai tujuan. Proses
afeksi berkaitan dengan kemampuan mengatasi emosi yang timbul pada diri sendiri
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kepercayaan individu terhadap
kemampuannya mempengaruhi tingkat stres dan depresi yang dialami ketika
menghadapi tugas yang sulit atau bersifat mengancam. Individu yang yakin
dirinya mampu mengontrol ancaman tidak akan membangkitkan pola pikir yang
mengganggu. Individu yang tidak percaya akan kemampuannya yang dimiliki akan
mengalami kecemasan karena tidak mampu mengelola ancaman tersebut.
d.
Proses seleksi
Proses seleksi berkaitan dengan kemampuan individu
untuk menyeleksi tingkah laku dan lingkungan yang tepat, sehingga dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Ketidakmampuan individu dalam melakukan
seleksi tingkah laku membuat individu tidak percaya diri, bingung, dan mudah
menyerah ketika menghadapi masalah atau situasi sulit.
Self Efficacy dapat membentuk hidup individu melalui
pemilihan tipe aktivitas dan lingkungan. Individu akan mampu melaksanakan
aktivitas yang menantang dan memilih situasi yang diyakini mampu menangani.
Individu akan memelihara kompetensi, minat, hubungan
sosial atas pilihan yang ditentukan.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses
Self efficacy meliputi proses kognitif, proses motivasi, proses afeksi, dan
proses seleksi.
2.7 Regulasi Diri
Manusia
mempunyai kemampuan berpikir, dengan kemampuan tersebut
manusia memanipulasi lingkungan sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat
kegiatan manusia. Menurut Bandura, akan terjadi strategi reaktif dan proaktif
dalam regulasi diri. Strategi reaktif dipakai untuk mencapai tujuan, namun
ketika tujuan hampir tercapai, strategi proaktiflah yang menentukan tujuan baru
yang lebih tinggi. Ada tiga proses yang dapat diapaki untuk melakukan
pengaturan diri, yaitu memanipulasi faktor eksternal, memonitoring dan
mengevaluasi tingkah laku internal. Tingkah laku manusia merupakan hasil
pengaruh resiprokal faktor eksternal dan internal.
a.
Faktor Eksternal dalam regulasi diri
Faktor
eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam dua cara, yaitu pertama, faktor
eksternal memberi standar untuk mengevaluasi tingkah laku. Faktor lingkungan
berinteraksi dengan
pengaruh-pengaruh pribadi, membentuk standar evaluasi diri seseorang. Melalui
orang tua dan guru, serta pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih
luas, anak belajar mengembangkan standar yang dapat dipakai untuk menilai diri. Kedua, faktor eksternal
mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement). Hadiah intrinsik tidak selalu
memberi kepuasan, orang membutuhkan insentif yang berasal dari lingkungan
eksternal. Standar tingkah laku dan penguatan biasanya bekerja sama, dimana
ketika orang dapat mencapai standar tingkah laku tertentu maka butuh penguatan
agar tingkah laku semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan kembali.
b.
Faktor Internal dalam regulasi diri
Bandura
mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal, yaitu pertama, observasi diri (self
observation)dimana individu harus mampu memonitoring performansinya,walau tidak
sempurna karena individu cenderung menilai beberapa aspek tingkah lakunya dan
mengabaikan tingkah laku yang lainnya. Kedua, proses penilaian tingkah laku
(judgement process) adalah melihat kesesuaian tingkah laku dengan standar
pribadi, membandingkan tingkah laku dengan norma standar tingkah laku orang
lain, menilai berdasarkan pentingnya suatu aktivitas dan memberi atribusi
performansi. Standar pribadiberasal dari pengalaman-pengalaman mengamati model.
Berdasarkan sumber model dan performansi yang mendapat penguatan, maka proses
kognnitif menyusun ukuran-ukuran atau norma yang sifatnya sangat pribadi karena
ukuran tersebut tidak selalu sinkron dengan kenyataan. Sebagian besar aktivitas
harus dinilai dengan membandingkannya dengan ukuran eksternal, bisa berupa
norma standar, perbandingan sosial, perbandingan dengan orang lain atau
perbandingan kolektif. Serta
yang ketiga, yaitu respon diri (self response)dimana pada akhirnya berdasarkan
pengamatan dan judgment,individu mengevaluasi diri sendiri dan menghadiahi atau
menghukum dirinya sendiri.
Dinamika Kepribadian
Menurut Bandura, motivasi adalah
konstruk kognitif yang mempunyai dua sumber, gambaran hasil pada masa yang akan
datang (yang dapat menimbulkan motivasi tingkah laku saat ini), dan harapan
keberhasilan didasarkan pada pengalaman menetapkan dan mencapai tujuan-tujuan
antara. Dengan kata lain, harapan mendapat reinforsemen pada masa yang akan
datang memotivasi seseorang untuk bertingkah laku tertentu. Juga, dengan
menetapkan tujuan atau tingkat performansi yang diinginkan, dan kemudian
mengevaluasi performansi dirinya, orang temotivasi untuk bertindak pada tingkat
tertentu. Anak yang lemah dalam matematik, tampak meningkat performansinya
ketika mereka menetapkan dan berusaha mencapai serangkaian tujuan yang
berurutan yang memungkinkan evaluasi diri segera daripada menetapkan tujuan yang
jauh dan membutuhkan waktu lama mencapainya. Jadi, terus menerus
mengamati,memikirkan, dan menilai tingkah laku diri, akan member intensif-diri
sehingga bertahan dalam berusaha mencapai standar yang telah ditentukan.
Bandura setuju bahwa penguatan
menjadi penyebab belajar. Namun orang juga dapat belajar dengan penguat yang
diwakilkan (vicarious reinforcement), penguat yang ditunda(expectation
reinforcement), atau bahkan tanpa penguat (beyond reinforcement):
- Penguatan Vikarius (vicarious reinforcement):
mengamati orang lain yang mendapat penguatan, membuat orang ikut puas dan
berusaha belajar gigih agar menjadi seperti orang itu.
- Penguatan yang ditunda (expectation
reinforcement): orang terus menerus berbuat tanpa mendapat penguatan,
karena yakin akan mendapat penguatan yang sangat memuaskan pada masa yang
akan datang.
- Tanpa penguatan (beyond reinforcement): belajar
tanpa ada reinforsemen sama sekali, mirip dengan konsep otonomi fungsional
dari Allport.
Ekspektasi penguatan dapat
dikembangkan dengan mengenali dampak dari tingkah laku;pengamatan terhadap
praktek mengganjar dan menghukum tingkah laku orang lain yang ada di lingkungan
sosial, dan mengganjar dan menghukum tingkah laku orang lain yang ada
dilingkungan sosial, dan mengganjar dan menghukum tingkah lakunya sendiri.
Orang mengembangkan standar pribadi berdasarkan standar sosial melalui
interaksinya dengan orang tua, guru, dan teman sebayanya. Orang dapat
mengganjar dan menghukum tingkah laku sendiri dengan menerima diri atau
mengkritik diri. Penerimaan dan kritik diri ini sangat besar perannya dalam
membimbing tingkah laku, sehingga tingkah laku orang menjadi tetap (konsisten),
tidak terus menerus berubah akibat adanya perubahan sosial.
Dalam penelitian ditemukan,
anak-anak yang diganjar dan dipuji untuk pencapaian yang relatif rendah akan
tumbuh dan mengembangkan self-reward yang murah dibanding anak yang standar
pencapaiannya tinggi. Begitu pula anak yang mengamati model yang diganjar pada
standar pencapaian yang rendah akan menjadi orang dewasa yang murah dalam
mengganjar diri sendiri dibanding anak yang mengamati model dengan standar
ganjaran tinggi.
Daftar Pustaka
§Kaerulashraf
. 2010 . Biodata Tokoh Albert Einstein
. from:www.kaerulashraf90.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar